(Ilmu ini saya dapat dalam buku Silabus Menulis Fiksi dan Non Fiksi Karya Pak Edy Akhiles Owner sekaligus CEO Diva Press Group pada acara #Kampusfiksi Roadshow Surabaya 2015, tapi ada sebagian yang saya tambahkan).
Apa sih yang ada di
bayangan kalian tentang dua kata tersebut?
FIKSI, isinya tulisan dengan
cerita-cerita imajinasi dan NON FIKSI yang isi tulisannya sangat berat, seperti
itukah?
Lebih jelasnya, kita
akan kupas bersama-sama siang ini. Ayo yang lagi makan selesai kan makannya,
yang lagi mengantuk segera cuci muka atau yang lagi teleponan sama gebetan
tinggalkan sebentar ya kita konsen belajar. (Ih, jahat ya…:D)
Saya akan bahas
mengenai FIKSI terlebih dahulu.
-
Tulisan FIKSI
adalah sebuah karya sastra tentang
realitas kehidupan yang dikembangkan sesuai daya imajinasi masing-masing.
Bentuknya seperti cerpen dan novel. Keduanya memang bentuk fiksi hanya bedanya
pada panjang dan pendeknya cerita. Ya seperti itulah.
Perlu diketahui, bahwa
menulis FIKSI tidak hanya mengandalkan imajinasi belaka. Memang FIKSI adalah
cerita rekaan atau imajinasi dari si penulis tapi harus diingat bahwa kuatnya
imajinasi juga dipengaruhi oleh pengetahuan yang kuat. Tidak hanya bisa mengandalkan
kemampuan imajinasi saja. Seperti contoh saat kalian ingin menulis cerpen
tentang Cleopatra, apa kalian bisa menulis tentang Cleopatra jika kalian tidak
tahu bahwa ia adalah penguasa Mesir yang berhasil mengatasi kudeta yang digebrakkan
saudaranya dengan bersekutu dengan Julias Caesar, lalu Mark Anthony tentu salah
satu kongsi itu adalah dengan pesonanya.
Kalau hanya
mengandalkan imajinasi ala kadarnya tentang Cleopatra tentu cerpen kalian akan
menjadi tulisan imajinasi belaka. Kecuali kalau si Cleopatra itu mbok-mbok
penjual jamu yang ada di kampungmu. Eehh, salah ya? :D :D
Jadi penulis FIKSI
itu harus banyang-banyak melahap buku-buku pengetahuan. Juga harus banyak
membaca tulisan NON FIKSI. Dengan itu kalian akan mempunyai banyak pengetahuan
untuk mengembangkan tulisan kalian.
Yuk, kita langsung
bahas syarat-syarat yang ada di tulisan FIKSI. Tapi saya akan bedah satu
persatu dengan beberapa posting tulisan.
1.
Alur cerita
2.
Setting/ Latar
cerita
3.
Penokohan
4.
Konflik
5.
Ending
1 1.
ALUR CERITA
Alur cerita adalah
jalan cerita. Alur cerita bisa bebas bentuk seperti alur maju, alur mundur
(flashback) atau alur maju-mundur-maju-mundur cantik-cantik….ups#
Fokus…focus…
Untuk membuat alur
cerita kalian harus memiliki gambaran jalan cerita (Kira-kira ceritanya nanti
dialirkan gimana), Ciptakan Narasi dan Dialog secara proporsional. Jangan
membuat alur yang hanya berupa narasi yang panjang atau membuat dialog terus
tanpa narasi. Pembaca bisa mudah bosan.
Contoh kombinasi
antara narasi dan dialog:
“Persetan
dengan cinta!!!” Ucapnya penuh amarah
Ah,
sungguh aku tak kuasa melihat sorot mata itu. Kedua matanya demikian memerah,
menatapku dengan sangat tajam. Ada kombinasi antara sakit, kecewa dan marah.
“Semua
wanita itu sama saja. Sama penghianatnya!!” Amuknya lagi.
Aku
hanya bisa menunduk. Bulir-bulir air mataku telah mengalir deras dan jatuh
menuruni pipi. Aku dan Reza memang acapkali bertengkar tapi aku tak pernah
melihat dia semarah ini.
Dan
beberapa meter dari tempat kami berdiri, tepat di jantung kota Lamongan sedang
penuh dengan ribuan anak manusia yang tertawa bahagia. Suara-suara terompet
bersahut-sahutan menciptakan nyanyian di penghujung tahun. Mungkin juga
sebentar lagi langit akan dipenuhi oleh semerbak kembang api. Sedangkan di
sini, aku dan Reza tengah sibuk bertengkar.
“Apa
hubungan kita akan berakhir sama seperti berakhirnya tahun ini, Va?”
2. SETTING
Setting cerita atau
tempat dalam cerita. Setting cerita harus dibuat natural dan tidak ada paksaan
yang intinya logis. Dan jangan menceritakan setting seperti pembaca berita. Ciptakan
tokoh dalam setting.
Contoh:
“Dinda,
kamu tampak kurusan.”
Aku
hanya tersenyum. Entah kenapa hatiku mulai gusar. Tidak seperti biasanya saat
menjemput Pandu di pelabuhan. Saat Pandu pulang dari Bali.
Kami
berjalan menyusuri pantai yang telah terjamah air laut. Kami saling diam dengan
pikiran masing-masing. Beda. Dulu kami sering tertawa sambil berkejar-kejaran
di keramaian deru ombak. Kini kami hanya diam seribu bahasa seperti sebuah
patung Romeo Juliet di Teater Delacorte.
Tak ada di antara kami mencoba membuka suara. Kami hanya saling pandang.
“Bagaimana
kabarmu, Pandu?” Ku coba untuk memulai pembicaraan. Aku sudah tidak tahan
berjalan dalam diam.
“Baik.”
Jawabnya singkat sambil memainkan pasir putih dengan jari-jari kakinya.
Beda kan
dengan:
Pelabuhan
Ketapang selalu ramai setiap menjelang sore. Apalagi saat kapal-kapal mendarat
di pelabuhan. Ombak-ombak sesekali menerjang sisi dermaga membuat tempat itu
terlihat sangat indah. Orang-orang selalu datang dan pergi di pelabuhan ini
dengan tujuan masing-masing. Pelabuhan Ketapang dipilih para wisatawan yang ingin menuju Pulau Bali
menggunakan jalur darat. Setiap harinya, ratusan perjalanan kapal feri
melayani arus penumpang dan kendaraan dari dan ke Pulau Bali melalui Pelabuhan
Gilimanuk di Bali.
Yang contoh kedua
tidak ada tokoh dan alur cerita. Seperti berita.
3. PENOKOHAN
Tokoh cerita harus logis dan konsisten.
Kalau karakter tokoh semula adalah remaja yang alim, pendiam, banyak menabung tapi
pas di tengah-tengah cerita si tokoh pergi ke diskotik, menghambur-hamburkan
uang dan playboy, itu akan membingungkan pembaca. Kalau memang berubah seperti
itu, harus ada kejadian yang membuat karakter tokoh berubah. Dan sesuaikan
dialog tokoh dengan usianya. Seorang nenek-nenek usia 70-an jangan dibuatin
dialog gaul seperti: “OMG hellow….ciyuuus, miapa??” hahaha……bayangin saja sudah
pengen ketawa. Kalau itu bahasa anak alay..(Maap yang tersindir :D)
Buatlah si tokoh
dengan karakter sesuka kalian tapi yang penting konsisten dan logis.
4. KONFLIK
Setiap cerita harus
ada konflik. Konflik tidak harus tunggal, bisa lebih dari satu. Buatlah konflik
dalm cerita yang cetar membahana yang membuat pembaca penasaran dengan jalan
dan ending ceritanya. Tapi harus tetap ada alur, setting dan tokoh.
5 ENDING
Ending cerita atau
akhir sebuah cerita. Sebuah ending tidak
harus mengakhiri tokoh utamanya. Ending cerita bermacam-macam, ada yang mati,
bahagia atau menggantung. Semua bebas terserah kalian.
Seperti contoh:
“Aira,
kenalkan ini Bima. Dia yang telah kami jodohkan denganmu dan Bima sudah setuju
akan hal ini. Pernikahan kalian akan secepatnya dilaksanakan dan yang
sebelahnya lagi Arjuna, dia adik Bima.”
Ucapan
om Irawan semakin menusuk ke dalam hatiku. Hujan dan petir di luar terdengar
semakin keras memenuhi gendang telingaku, alam juga ikut pilu mendengarkan
semua kenyataan ini. Jadi, pemuda yang
dijodohkan denganku adalah kakak dari seseorang yang amat ku cintai dan kak
Juna, Ya Tuhan….dia akan jadi adik iparku. Badanku semakin limbung dan ku
rasakan gelap memenuhi ruangan.
Oke. Itu adalah sedikit gambaran yang saya pelajari mengenai tulisan FIKSI. Pada posting selanjutnya saya akan membahas tentang tulisan NON FIKSI.
Post a Comment