Mengharap Rindu
Dari jendela persegi, sesekali aku ingin menengok keluar,
Memandang bunga mawar bermekaran
di atas pot-pot menuju jendela rumahmu
Lalu rindu-rinduku akan menyapa di setiap wanginya
Saat senja menjelang,
Semburat jingga tak jua melahirkan pertemuan
Meski telah kulukis siang dengan cahaya keemasan
Aku menerka-nerka, jika pada harimu, senyumku tak kunjung pudar meski duka terhambar di pelataran
Kau bisa saja merangkul pelukku,
ketika aku ingin berlari, padahal telah kusayatkan luka,
tawa bahkan kisah di malam-malam yang kita sulam dengan ribuan cinta dan air mata
Detik demi detik sengaja kuhalau
Karena aku ingin menikmati rembulan di matamu
dari jejak waktu ke waktu, kuselipkan doa dalam rintik petang,
Dan terbang bersama malam tuk menemukan rindumu
Kuyakin belum musnah, meski aromanya telah pudar tak seharum purnama lalu
Harapan kita telah menjelma malam dengan sedikit ditemani bintang
Apakah kau kini rindu?
Kuharapkan itu...
Lamongan, 20/9/2019
Kenangan
Kenangan melahirkan bulir-bulir rindu, merampas udara hendak pulang lewati celah waktu
Terengah-engah mencari jalan
Mencari udara kebebasan
Kenangan mengubah lalu menjadi sekarang atau sebaliknya
Menekuni kisah-kisah usang
Tertatih-tatih menerobos masa depan
Menguncinya di balik jarum jam
Kenangan adalah kamu,
Menjenguk aku
yang tak sempat menutup pintu
Kenangan adalah aku
Bertemu kamu
Di bawah bianglala ribuan hari yang lalu
Lamongan, 20/9/2019
Suippp. kalau bahas rindu rundu. Gak ono enteke
ReplyDeleteCinta dan rindu memang tiada habis dikupas dan diungkapkan
ReplyDeleteKarena setiap insan selalu memiliki sudut pandang sendiri tentang mengartikan rindu..
ReplyDeleteEntah mengapa rindu juga begitu mengoyakku..
Hayo lagi rindu sama siapa, Fit? Aku kangen sama rujak jambu mete hehe.
ReplyDeleteBukukan puisimu, Fit. Buat dokumentasi pribadi. Atau malah sudah antologi tunggal?
Duh, kalau sudah baca puisi gini jadi ikutan melow ya. Apalagi tentang kenangan :')
ReplyDelete