Januari membiru mempertontonkan usia kalender. Merontokkan angka demi angka satu-satu
Aku menyentuhnya, menekuni sisa-sisa angka yang tiada. "Semua akan baik-baik saja. Jangan takut. Semua akan baik-baik saja." Setelah berucap, kalenderku kembali bisu
Aku hitung dari Senin hingga Minggu, tak ada bedanya. Hanya tanggal yang tanggal dari tubuhnya.
Kalenderku hapal betul tingkahku, melingkari tujuh angka dengan spidol merah di setiap bulannya. "Percayalah. Semua baik-baik saja." Kalenderku menatap sendu.
Januari terbang dibawa sekawanan angka Februari. Tanganku gemetar setiap kali mereka pergi. "Ini sudah terlalu lama." Aku mendengus kesal.
"Tanggal takkan pernah berkarat, ia akan muncul kembali dari angka satu. Hanya saja kau mencemaskannya. Purnama yang bergeser setiap detiknya." Kalenderku kembali bersuara.
Aku tergugu di sampingnya. Kalender memelukku, "Tuhan pasti memberikan angka-angka yang indah. Cuma kita tidak tahu di purnama keberapa Tuhan mengabulkannya."
Dan Februari menyapa bersama tangkai-tangkainya yang mulai mekar merona.
Lamongan, 28 Januari 2019
Puisi nya singkat dan padat
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung bund. Sekedar curahan hati. Hehe
DeleteMantap karya puisinya, lanjutkan berkarya puisinya mbak. Saya setuju dengan mottonya, karena menulis itu cara untuk berbagi :)
ReplyDeleteIya terima kasih berkenan baca.😊
DeleteBagi saya menulis itu untuk berbagi. Ya berbagi apapun. Pengalaman, ilmu dll.
Keren.
ReplyDelete