Friday 9 March 2018

RASA - Sahabat Bagai Madu

"Kenapa lo, Ay? Mendung banget muka lo?!" Sambar Rian saat Ayla duduk di sebelahnya.

"Lagi PMS mungkin. Awas jangan deket-deket. Anjing galak suka gigit loh!" Dion menimpali.

"Haha....paling juga cowoknya kesamber mojang Bandung. Kan cantik-cantik tuh?!" Kali ini Melky yang menyahut.

"Kalian bisa diem gak sih!!!!?" Ayla buka suara dengan judesnya.

"Idih...si Nyonya lagi marah. Suka marah cepat tua loh," Melky kembali berseloroh.

Ayla tiba-tiba menangis keras membuat ketiga cowok itu kebingungan.

"Ay, lo kenapa sih. Gak biasanya kayak gini. Sudah...cup..cup...jangan nangis, entar kedengeran anak sekampus berabe kita. Dikira kita ngapa-ngapain lo!" Dion berusaha menenangkan Ayla yang tangisnya makin menjadi.

"Paling juga elo, Yon. Yang dikira apa-apain Ayla. Kita mah anak baik-baik. Iya kan, Rian?" Melky menoleh ke arah Rian.

"Elo tuh sukanya cewek jadi- jadian. Sama Ayla mah elo gak doyan. HAHA...." Rian terkekeh.

"Sialan lo, Yan!!" Melky tak terima dengan ucapan Ryan pura-pura meninju lengan Ryan.

Ayla gak peduli lagi dia sedang berada di mana. Yang jelas saat ini dia ingin menumpahkan semua kekesalnya lewat tangisnya. Gak peduli teman-teman satu fakultasnya itu bingung buat hibur Ayla. Tapi Ayla benar-benar nyaman menangis di tengah-tengah mereka meskipun mereka sering jahil tapi Ayla tahu hanya mereka yang bisa membuat tawanya kembali merekah.

"Ay, cerita dong...!!" Pinta Melky saat dilihatnya tangis Ayla mereda.

"Hubungan gue sama Fadhil sudah berakhir," ucap Ayla pelan.

"Kok bisa, Ay? Hubungan kalian kan sudah empat tahun berjalan masak kandas begitu saja. Empat loh, Ay. Empat!! Gak sebentar itu." Dion yang satu SMA dengan Fadhil dan Ayla nyerocos begitu saja. Dion tahu bagaimana hubungan mereka dulu yang dianggapnya paling romantis di sekolah.

"Kenapa? Selingkuh? Ingin fokus kuliah dulu? Atau orang tua tak merestui kalian?!" Melky kembali memburu Ayla dengan pertanyaannya.

"Eh, Ky. Lo itu tanya apa mau introgasi sih. Biar Ayla cerita pelan-pelan. Kasihan dia masih shock." Ryan berlagak pengertian padahal dia sendiri sudah penasaran kenapa akhirnya mereka putus.

"Fadhil punya cewek baru," jawab Ayla lesu.

"Apa? Fadhil punya cewek baru?" Kali ini Satya datang tiba-tiba di antara mereka.

Mereka langsung menoleh ke sumber suara. Kaget dengan kedatangan Satya yang tiba-tiba tapi tak ada yang dipedulikan Satya. Satya lebih kaget mendengar pengakuan Ayla.

Ayla hanya mengangguk lemah.

"Syukurlah, Ay. Kalau kalian emang benar-benar putus. Cowok macam Fadhil memang gak pantes dapetin cewek sebaik lo!". Satya bicara seolah semua baik-baik saja.

"Elo jahat amat sih Sat. Teman lo sedih lo malah senang banget. Malah bersyukur." Melky nyolot denger omongan Satya barusan. Yang diajak ngomong malah fokus pada Ayla.

"Temenin gue ke kantin yuk, Sat. Gue haus." Ayla berdiri dan meraih tangan Satya tanpa memperdulikan perkataan Satya.

"Lo gak tau terima kasih deh, Ay. Kita yang bantu hibur lo pas nangis tadi malah Satya yang lo ajak ke kantin. Kita gak diajak nih?" Dion pura-pura marah.

"Sudah jangan ganggu mereka. Biarkan Satya beraksi mumpung ada kesempatan." Ryan mengedipkan sebelah matanya ke arah Satya. Satya hanya tersenyum misterius.

"Yuk, Satya. Jangan dengerin omongan mereka!" Ayla bergegas menuju kantin karena kerongkongannya sudah benar-benar kering. Ternyata menangis bisa membuat orang dehidrasi tingkat tinggi.

"Ay, lo gak butuh tali rafia!!?" Melky masih sempat goda Ayla yang sudah berjarak beberapa meter di depannya. Terpaksa Ayla menghentikan langkahnya. Dan berbalik ke arah Melky. Keningnya berkerut,

"Buat apa?"

"Yah..kali aja lo frustasi mau gantung diri. Mumpung nyokap gue baru beli segulung. Gratis buat elo!"

Mata Ayla melotot mendengar celotehan Melky. Melky malah tertawa terpingkal-pingkal melihat mata Ayla yang mau copot dari pangkalnya.

"Terima kasih. Tapi gue masih waras!!!" Teriak Ayla sambil menarik tangan Satya. Melky terus tertawa disusul tawa Dion dan Ryan. Sedangkan Satya geleng-geleng kepala tersenyum melihat ulah jahil teman-temannya.

"Emang tuh ya kelakuan anak-anak cepat banget bikin darah gue naik!" Omel Ayla. Diraihnya sekaleng minuman dingin di lemari es sudut kantin. Langsung diteguknya saat itu juga. Kenikmatan begitu terasa saat air dingin mengaliri kerongkongannya.

"Ay, habis ini gue mau ke toko buku. Lo ikut gak?"

"Emm...ikut gak ya. Gue mau nemenin Rahmi buat shopping sih tapi nunggu Rahmi kelar kuliah."

"Ikut saja. Bentar kok, Ay."

"Oke!"

Setelah membayar di kasir, mereka cabut dari kantin.

"Naik apa?" Setelah dilihatnya Satya tidak menuju arah parkir.

"Jalan kaki. Kenapa gak mau?"

"Tapi kan toko buku jauh banget, Sat. Lo mau kaki gue tinggal tulangnya?" Protes Ayla.

Tapi Satya tak memperdulikan Ayla. Dia tetap berjalan menuju gerbang kampus. Ayla yang tertinggal di belakang akhirnya berlari nyusul Satya.

"Lo tahu gak di ujung gang sana ada toko buku baru. Kata anak-anak sih penjualnya cantik, ramah dan masih seumuran sama kita." Satya menoleh ke Ayla yang sudah berjalan di sampingnya. Tapi Ayla malah fokus ke depan.

"Bodoh amat. Mau yang penjual masih muda atau sudah tua sekalipun, yang penting kita gak jalan jauh. Bisa gempor nih kaki. Lagian lo mau cari buku atau ngapelin yang jual, Sat?"

"Ide Bagus tuh, Ay. Sekalian saja ngapelin penjualnya." Satya nyengir ke arah Ayla.

"Terserah lo deh!"

" Ay, kenapa sih lo berani ngambil keputusan buat putus sama Fadhil. Bukannya lo cinta dan percaya banget ya sama dia?"

Ayla menghela nafas panjang.

"Gue sadar, Sat. Bahwa menjalin hubungan itu tidak hanya dari satu sisi yang mencintai tapi harus keduanya. Buat apa gue mati-matian mempertahankan hubungan sedangkan dia sudah tak peduli lagi!"

"Lo trauma, Ay?"

"Kalau trauma sih pasti iya, Sat. Cewek mana sih Sat yang gak sedih dikhianati sama pacarnya. Makanya cari cewek lo biar tahu gimana rasanya cinta dan juga patah hati!"

"Gue nunggu lo saja. Nunggu lo jadi permaisuri gue. Kita duduk bersama setiap hari sambil lo kipasin gue,"

"Emang lo mau gue jadi istri apa pelayan sih?"

"Lo maunya yang mana?haha..."

"Gak dua-duanya. Enak saja lo cewek secantik dan sekeren gue mau lo jadiin pelayan. Ogah!!"

"Cantik sih cantik tapi tolong tumit sepatunya ditinggiin ya biar aura cantiknya keluar!!" Setelah ngomong seperti itu Satya lari karena kalau tidak sepatu Ayla sudah kena jidatnya.

Ketika Satya sampai di toko, seorang cewek cantik menghampirinya.

"Mau cari buku apa Kak? Bisa saya bantu?" Ucapnya ramah.

"Oh, iya Mbak. Buku tentang sejarah orang Bugis. Ada tidak, Mbak?"

"Coba saya carikan dulu ya, Kak. Silahkan lihat-lihat yang lainnya."

"Thank you,"
Satya terus mengawasi cewek itu dari balik punggungnya hingga menghilang di rak-rak buku.

"Lihatin apa sih lo, Sat?" Tiba-tiba Ayla nongol di depan Satya.

"Ternyata benar penjualnya cantik!" Satya berbisik

"Mata tuh dijaga Sat. Lihat cewek cantik saja sudah melotot. Dosa loh!"

"Ya kan sekali-sekali, Ay. Masak tiap hari melototi sisa candi-candi terus, bosan Ay. Cemburu ya?"

"Idih..gue cemburu sama elo? Nunggu monas jadi Eifel pun gak bakalan gue cemburu sama lo!"

"Awas kemakan omongan lo sendiri ya. Cowok ganteng kayak gue itu banyak yang antri."

Alya mendengus, emang sih kalau masalah tampang Satya memang keren. Wajah ganteng, badan atletis dan tiap kali senyum semut-semut pun pada mengerubutinya. Tapi entah mengapa gak ada satu cewek pun yang menarik hatinya. Ayla jadi ragu ini cowok tulen apa bukan sih?

"Eh, kenapa lo Ay pandangi gue dari atas sampai bawah. Awas otak lo mikir macam-macam tentang gue!"

Ayla tertawa. Satya memang benar-benar pintar baca pikiran gue.

"Kak, maaf bukunya lagi kosong. Baru datang dua hari lagi. Bagaimana?"
Tiba-tiba cewek penjual buku itu menghampiri Satya.

"Oke. Dua hari lagi gue balik lagi. Sisakan satu ya!" Satya tersenyum ramah.

Ayla seketika melihat perubahan paras pada cewek itu. Bahkan saat Satya keluar toko sekalipun, Ayla melihat cewek itu terus memandang Satya.

(Bersambung)


#Onedayonepost
#ODOPbatch5
#ODOPharike-44
#Tantangan VII & VIII

Post a Comment

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search