Sunday 18 March 2018

RASA: Gadis Sok Jagoan

Ayla mondar mandir di tengah taman. Dia menunggu kedatangan Fadhil, mantan pacarnya. Emosi Ayla benar-benar berada di puncak. Pasalnya sepulang mendaki kemarin, dia menemukan Fadhil tengah ngobrol sama mamanya. Ngobrol seperti biasa seolah-olah hubungan mereka baik-baik saja. Memang Ayla belum sempat bicara sama mamanya tentang hubungannya dengan Fadhil. Bahwa hubungan mereka sudah berakhir.
Yang membuat Ayla marah bukan karena Fadhil tiba-tiba ke rumahnya tapi tujuannya. Fadhil menemui mamanya untuk melamar dirinya.
Ayla benar-benar tak habis pikir, apa yang diinginkan Fadhil.

Setelah limabelas menit menunggu, akhirnya Fadhil datang juga. Ayla langsung saja meluapkan emosinya.

"Maksud lo apa sih, Dhil? Elo tahu kan bahwa gue sudah gak mau lagi melanjutkan hubungan kita." Ayla marah di hadapan Fadhil.

"Gue bisa jelasin, Ay. Beri gue satu kesempatan lagi. Gue akan lamar lo. Ini bukti bahwa gue serius sama lo," Fadhil berusaha membujuk Ayla.

"Enggak, Dhil. Hubungan kita telah berakhir. Sudah berapa kali gue kasih kesempatan. Tapi lo gak pernah gunakan kesempatan itu dengan baik. Jadi jangan harap gue akan balikan lagi sama lo. Apalagi menerima lamaran lo!" Jawab Ayla berapi-api.

"Ay, gue sadar gue salah. Tapi gue benar-benar sayang sama lo."

"Makan tuh sayang!" Ayla langsung pergi meninggalkan Fadhil. Dia gak peduli lagi kalau sikapnya bakal ngecewain Fadhil. Tapi dia gak mau sakit hati untuk kesekian kalinya.

Fadhil berusaha mengejarnya tapi Ayla semakin mempercepat larinya. Ayla menghentikan langkahnya setelah tahu Fadhil sudah tidak mengejarnya lagi. Dan juga karena sandal yang dikenakannya putus. Karena kesal, dilepaskan sandalnya kemudian dilempar seenaknya. Ayla gak peduli kalau dia pulang tanpa satu alas kaki.

Ayla duduk sejenak mengatur napasnya. Baru saja duduk, dia dikagetkan sebuah suara,

"Eh, lo gak lihat tong segitu besarnya di depan lo? Sembarangan saja buang sampah. Untung sandal butut lo ini gak kena kepala gue!"

Ayla mendongak ke wajah orang yang berdiri di depannya. Seorang cowok berambut gondrong tengah mendelik ke arahnya. Ayla sontak mundur. Bukan karena kemarahan cowok itu tapi cowok itu adalah Bastian. Teman sekolah kakaknya yang dulu pernah dia labrak. Ayla masih ingat betul dengan wajahnya.

"Eh, kenapa kaget? Takut sama gue?" Cowok itu tiba-tiba memelankan intonasi suaranya. "Gue bukan orang jahat kok cuma gak suka lihat orang buang sampah sembarangan."

Ayla masih diam. Pikirannya menerawang. Kalau benar cowok yang di hadapannya ini Bastian, kenapa dia peduli terhadap lingkungan. Bastian yang dikenal Ayla adalah cowok egois dan mau menang sendiri.

"Bas-tian?" Akhirnya Ayla buka suara.

"Lo tahu nama gue darimana?" cowok itu mengernyitkan keningnya. Mencoba mengingat sesuatu.

Ayla kalang kabut. Jika dia mengatakan bahwa dia adiknya Arga, Ayla takut Bastian akan balas dendam atas perbuatannya dulu.

"Gu..e...," Ayla semakin panik.

"Lo kenapa sih? Gue gak akan marah sama lo. Lo kenal sama gue?" Bastian tersenyum ramah.

Ayla bernapas lega. Bastian tidak mengenalinya.

"Tidak. Gue tidak mengenal lo. Maaf atas yang tadi." Setelah itu Ayla berdiri dan cepat-cepat pergi dari situ.

Bastian tidak mencegahnya. Dia hanya mengawasi Ayla dari jauh. Bastian tahu bahwa itu Ayla, adiknya Arga. Bagaimana Bastian bisa lupa dengan wajah gadis yang sudah berani menantangnya? Yang saat itu teman-teman di sekolahnya pada takut padanya.
Bastian menyadari bahwa sejak itu dia kagum dengan Ayla. Gadis mungil sok jagoan.

(Bersambung)

#Onedayonepost
#ODOPbatch5
#ODOPharike-50
#Tantangan VII & VIII

Post a Comment

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search