Thursday 15 February 2018

Antara Aku, FLP dan Takdir Allah

Muscab FLP Lamongan

Aku percaya bahwa di dunia ini tidak ada yang namanya kebetulan. Semua telah diatur Allah dengan sangat rapi jauh-jauh hari sebelum kita lahir ke dunia. Semua yang ada di langit maupun di bumi adalah skenario-Nya. Bahkan daun yang jatuh pun atas izin-Nya. Apa yang Allah gariskan pada hidupku juga merupakan bagian dari skenario-Nya. Jika mengingat kejadian di tahun-tahun lalu, memang Allah telah mengaturnya. Mengatur dengan takdirnya hingga aku diperkenalkan pada FLP dan dipertemukan dengan penulis-penulis hebat yang dulu hanya ada dalam bayangan.

****
Takdir di tahun 2018,
Bertempat di Media Grafika Printing Lamongan tanggal 21 Januari 2018, Musyawarah Cabang sekaligus rekruitment anggota baru serta pemilihan ketua FLP Lamongan berjalan sangat lancar. Sebelum pemilihan ketua dilaksanakan, dipilih kandidat untuk calon ketua FLP Lamongan. Salah satu kandidat calon ketua FLP Lamongan yang baru adalah aku. Tidak pernah terpikirkan di benakku bahwa teman-teman memilih aku sebagai kandidat. Karena aku merasa masih harus banyak belajar bahkan buku solo pun belum pernah aku telurkan. Dan setelah melalui diskusi panjang, akhirnya keputusan ditetapkan ketua FLP Lamongan tahun 2018-2020 adalah Mas Umar Faruq. Yang merupakan ketua FLP Lamongan tahun kemarin.
Dari FLP, aku belajar banyak hal tentang dunia kepenulisan. Di tahun ini, aku banyak sekali mengikuti pelatihan menulis baik dari FLP maupun dari komunitas lain. Mencari ilmu di setiap kesempatan. Dan alhamdulillah, dapat kabar dari pelatihan yang aku ikuti bahwa bulan April mendatang, dua tulisan saya dibukukan bersama penulis-penulis lainnya.

Tahun 2017,
Memperingati hari ibu tanggal 22 Desember  2017, FLP Lamongan dan FLP Tuban bekerjasama menggelar lomba puisi dengan tema Kidung Cinta Untuk Ibunda. Dan aku menjadi bagian dari acara tersebut. Teman-teman mempercayaiku sebagai ketua panitia. Bagiku hal tersebut adalah sebuah penghargaan.

Kembali bertemu dengan teman-teman FLP se-Jawa Timur dalam acara Writing Camp, membuatku menemukan arti sebuah keluarga. Di tahun ini, Writing Camp dilaksanakan di Trawas kota Mojokerto pada tanggal 19-20 Agustus. Aku, Mas Arul Chandrana dan Bagus ditunjuk sebagai perwakilan FLP Lamongan. Keceriaan, kekompakan dan semangat teman-teman mengikuti acara demi acara membentuk kenangan hingga kami pulang ke rumah masing-masing.
Writing Camp FLP se-Jatim di Trawas 

Bulan Februari saat Milad FLP yang ke-20, aku tidak bisa menghadiri karena barengan sama undangan juri pada Olimpiade Sastra Puisi yang diadakan SMA Unggulan di Lamongan. Tapi semua itu tidak luput dari FLP karena aku mewakili FLP Lamongan sebagai juri.

Tahun 2016,
Flp Lamongan mengangkat aku sebagai kepala Sekolah Menulis angkatan-2. Sekolah Menulis FLP Lamongan merupakan bagian dari program kami di tahun 2015. Yang kelasnya diadakan di Universitas di Lamongan setiap dua minggu sekali. Selain mengadakan tatap muka, kelas juga diadakan secara online melalu media sosial. Peserta dari berbagai kalangan dan latar belakang. Baik remaja maupun orang tua semangat mengikuti pelatihan hingga selesai.

Pertama kali naik bus jauh tanpa suami itu pas Writing Camp ke Lumajang. Writing Camp FLP se-jatim diadakan pada bulan Agustus selama dua hari. Pertama kali berkenalan dengan semua anak FLP se-Jawa Timur.
Writing Camp FLP se-Jatim di Lumajang

Tahun 2015,
Aku kembali aktif di FLP karena rindu sekali berkumpul dan diskusi dengan teman-teman.  Di tahun tersebut FLP Lamongan membuka Sekolah Menulis untuk umum yang dipegang oleh mas Faruq.  Sekolah Menulis sangat lancar hingga kami menerbitkan sebuah antologi gabungan pengurus FLP Lamongan dan siswa Sekolah Menulis. Buku tersebut berjudul "Meniti Asa dengan Pena".
Launching buku Meniti Asa dengan Pena
Tahun 2014,
Tiga buku antologi pun terbit lagi. Antologi hasil lomba yang aku ikuti.  Antologi puisi Hijab Cinta Penerbit Asrifa,  Deal with the Distance penerbit Diva Press. Saat sedang semangat-semangatnya menulis,  aku dihadapkan masalah jodoh dan setelah itu menikah. Di tahun ini, aku jarang sekali ikut acara FLP karena jadwal kerjaku yang padat.  Tapi aku masih suka baca dan menulis di sela-sela kesibukan kerja.  

Tahun 2013,
 Mbak Henny mengundang aku untuk hadir pada acara FLP Lamongan.  Yaitu diskusi tentang sastra dengan pemateri Pak Helmy Tanjung.  Dari sanalah aku mengenal teman-teman FLP Lamongan,  ada mbak Henny,  Mbak Triana,  Pak Husnaini, mas Akim dan lainnya.  Pertama berkenalan aku agak malu karena Mbak Henny pakaiannya syar’i sekali sedangkan aku waktu itu pakai seragam kantor berbalut celana jeans meski berkerudung.  Sejak hari itu aku merasa menemukan keluarga sekaligus semangat baru.
Banyak kegiatan FLP Lamongan yang aku ikuti,  salah satunya bedah buku karya Rifa'i Rifan.  Karena dari kecil suka baca dan menulis puisi,  aku sangat nyaman dan senang sekali bisa kenalan dengan teman-teman FLP.  Berbagai lomba menulis aku ikuti dan akhir 2013, ada 3 cerpenku yang lolos lomba dan diterbitkan dalam antologi dengan penulis lainnya.
Antologi Letter diterbitkan Harffey,  Antologi Loveable and Replaceable diterbitkan Diva Press serta harmonika Desember oleh Mutiara Sembilan Publishing.  Sungguh saat itu semangat menulisku sedang menyala. Dan akhir 2013 pun FLP Lamongan mengadakan acara lomba bertema Ibu.  Diberi amanah bantu di acara tersebut aku senangnya bukan main.
FLP Lamongan dan bunda Helvy Tiana Rosa

Tahun 2012,
Bapak meninggal dunia dan aku harus kembali ke kampung halaman untuk seterusnya. Saat itu kuliahku sudah selesai dan hanya menunggu wisuda. Dapat pekerjaan di Lamongan pada stasiun TV lokal Lamongan sebagai keuangan. Karena sudah menetap di Lamongan,  aku memutuskan untuk bergabung di FLP.  

Tahun 2011-2012
Tahun ini, aku kuliah di Surabaya dengan jurusan Secretary and Public Relation. Awalnya hidupku aman-aman saja hingga sebuah peristiwa menimpa keluargaku.  Ayah,  kena stroke dan istirahat total di rumah.  Mau tidak mau,  aku harus bekerja untuk bayar kuliah yang masih semester awal. Pagi kerja dan malam kuliah. Setelah meninggalkan berkas lamaran ke sana kemari,  aku akhirnya dapat pekerjaan di kantor desain. Bekerja di sana banyak sekali deadline yang harus diselesaikan. Sore itu ketika pekerjaanku selesai,  aku bermain internet dan tiba-tiba ingin sekali belajar menulis karena aku hanya sebatas menulis saja.  Teringat FLP Lamongan. Aku searching di internet dengan kata kunci FLP Lamongan dan aku menemukan nomor handphone salah satu anggota FLP Lamongan yaitu Henny.  Aku simpan nomornya dan mencoba menghubunginya.  Akhirnya aku sering ngobrol sama mbak Henny terkait kegiatan FLP di Lamongan meski aku belum pernah bertemu langsung.  Tapi sayangnya setiap acara,  aku pasti tidak bisa hadir karena kerja dan kuliah.

Tahun 2009,
Saat SMA, entah darimana keajaiban itu ada. Aku baca sebuah  informasi yang tertera di mading sekolah tentang lomba cerpen bertema islami.  Lomba tersebut diadakan oleh FLP cabang Lamongan. Karena tergiur hadiah lombanya,  aku akhirnya ikutan dan berharap dapat juara satu.  Saat itu hadiah lombanya berupa uang,  pikirku lumayan kalau menang bisa buat bayar sekolah.  Tapi bukan hanya hadiah aku ikutan,  karena pada acara pengumuman hadiah sekaligus acara Milad FLP Lamongan ke-2 akan dihadiri oleh Afifah Afra.  Setelah hari yang diumumkan tiba,  ternyata Dewi Fortuna belum berpihak padaku.  Awalnya aku sangat kecewa tapi seketika itu aku teringat saat SMP aku pernah berdoa agar bisa bertemu langsung dengan mbak Afifah Afra, rasa kecewa itu berubah menjadi syukur. Doa lima tahun yang lalu telah dikabulkan. Semenjak itu,  aku rajin untuk belajar dan menulis.
Sertifikat lomba

Tahun 2008
Seseorang teman memberikanku sebuah novel berjudul Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy, sebuah novel tentang sosok Fahri. Karena kebiasaan baca novel hingga ke halaman profil penulis, aku menemukan sebuah kalimat Forum Lingkar Pena. Dalam profilnya, Habbiburrahman menyebutkan bahwa beliau sempat memprakarsai Forum Lingkar Pena (FLP). Dan aku hanya membaca tanpa tahu FLP itu apa.
Novel pemberian teman

Tahun 2004
Siang itu ketika mataku menjelajah judul demi judul buku yang tertata di rak perpustakaan sekolah,  mataku menangkap buku trilogi dengan judul Cinta Ilalang,  Tarian Ilalang dan Tersentuh Ilalang. Hatiku tergerak untuk pinjam ketiga buku tersebut.  Biasanya aku selalu memburu novel Mira W atau RL Stine tapi entah mengapa hari itu aku tertarik dengan novel trilogi karya seorang perempuan cantik Afifah Afra.  Setelah pulang sekolah,  aku baca salah satu novel tersebut dan tanpa sengaja sebuah doa keluar dari bibirku,  "Kira-kira seperti apa wajah mbak Afifah Afra? Aku ingin sekali bertemu dengannya."

****
Dari tahun 2004 hingga 2018, apakah semua hanya semata kebetulan? Aku rasa tidak. Allah telah mengaturnya bagaimana aku bisa berkenalan dengan FLP. Allah memberikan rencana yang indah yang tidak pernah aku duga.

Met Milad FLP yang ke-21,
Semoga semakin berbakti pada dunia, melahirkan penulis-penulis dengan sejuta karya yang bermanfaat dan selalu berarti di hati setiap orang.


Lamongan, Februari 2018

 #miladflp21
#kisahinspiratifFLP




Post a Comment

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search