Muscab FLP Lamongan |
Aku
percaya bahwa di dunia ini tidak ada yang namanya kebetulan. Semua telah diatur
Allah dengan sangat rapi jauh-jauh hari sebelum kita lahir ke dunia. Semua yang
ada di langit maupun di bumi adalah skenario-Nya. Bahkan daun yang jatuh pun
atas izin-Nya. Apa yang Allah gariskan pada hidupku juga merupakan bagian dari skenario-Nya.
Jika mengingat kejadian di tahun-tahun lalu, memang Allah telah mengaturnya.
Mengatur dengan takdirnya hingga aku diperkenalkan pada FLP dan dipertemukan
dengan penulis-penulis hebat yang dulu hanya ada dalam bayangan.
****
Takdir di tahun 2018,
Bertempat
di Media Grafika Printing Lamongan tanggal 21 Januari 2018, Musyawarah Cabang
sekaligus rekruitment anggota baru serta pemilihan ketua FLP Lamongan berjalan
sangat lancar. Sebelum pemilihan ketua dilaksanakan, dipilih kandidat untuk calon
ketua FLP Lamongan. Salah satu kandidat calon ketua FLP Lamongan yang baru
adalah aku. Tidak pernah terpikirkan di benakku bahwa teman-teman memilih aku
sebagai kandidat. Karena aku merasa masih harus banyak belajar bahkan buku solo
pun belum pernah aku telurkan. Dan setelah melalui diskusi panjang, akhirnya
keputusan ditetapkan ketua FLP Lamongan tahun 2018-2020 adalah Mas Umar Faruq.
Yang merupakan ketua FLP Lamongan tahun kemarin.
Dari
FLP, aku belajar banyak hal tentang dunia kepenulisan. Di tahun ini, aku banyak
sekali mengikuti pelatihan menulis baik dari FLP maupun dari komunitas lain.
Mencari ilmu di setiap kesempatan. Dan alhamdulillah, dapat kabar dari
pelatihan yang aku ikuti bahwa bulan April mendatang, dua tulisan saya
dibukukan bersama penulis-penulis lainnya.
Tahun 2017,
Memperingati
hari ibu tanggal 22 Desember 2017, FLP
Lamongan dan FLP Tuban bekerjasama menggelar lomba puisi dengan tema Kidung
Cinta Untuk Ibunda. Dan aku menjadi bagian dari acara tersebut. Teman-teman
mempercayaiku sebagai ketua panitia. Bagiku hal tersebut adalah sebuah
penghargaan.
Kembali
bertemu dengan teman-teman FLP se-Jawa Timur dalam acara Writing Camp, membuatku
menemukan arti sebuah keluarga. Di tahun ini, Writing Camp dilaksanakan di
Trawas kota Mojokerto pada tanggal 19-20 Agustus. Aku, Mas Arul Chandrana dan
Bagus ditunjuk sebagai perwakilan FLP Lamongan. Keceriaan, kekompakan dan
semangat teman-teman mengikuti acara demi acara membentuk kenangan hingga kami
pulang ke rumah masing-masing.
Writing Camp FLP se-Jatim di Trawas |
Bulan
Februari saat Milad FLP yang ke-20, aku tidak bisa menghadiri karena barengan
sama undangan juri pada Olimpiade Sastra Puisi yang diadakan SMA Unggulan di
Lamongan. Tapi semua itu tidak luput dari FLP karena aku mewakili FLP Lamongan
sebagai juri.
Tahun 2016,
Flp
Lamongan mengangkat aku sebagai kepala Sekolah Menulis angkatan-2. Sekolah Menulis
FLP Lamongan merupakan bagian dari program kami di tahun 2015. Yang kelasnya
diadakan di Universitas di Lamongan setiap dua minggu sekali. Selain mengadakan
tatap muka, kelas juga diadakan secara online melalu media sosial. Peserta dari
berbagai kalangan dan latar belakang. Baik remaja maupun orang tua semangat
mengikuti pelatihan hingga selesai.
Pertama
kali naik bus jauh tanpa suami itu pas Writing Camp ke Lumajang. Writing Camp
FLP se-jatim diadakan pada bulan Agustus selama dua hari. Pertama kali
berkenalan dengan semua anak FLP se-Jawa Timur.
Writing Camp FLP se-Jatim di Lumajang |
Tahun 2015,
Aku
kembali aktif di FLP karena rindu sekali berkumpul dan diskusi dengan
teman-teman. Di tahun tersebut FLP Lamongan membuka Sekolah Menulis untuk
umum yang dipegang oleh mas Faruq. Sekolah Menulis sangat lancar hingga
kami menerbitkan sebuah antologi gabungan pengurus FLP Lamongan dan siswa
Sekolah Menulis. Buku tersebut berjudul "Meniti Asa dengan Pena".
Launching buku Meniti Asa dengan Pena |
Tahun
2014,
Tiga
buku antologi pun terbit lagi. Antologi hasil lomba yang aku ikuti.
Antologi puisi Hijab Cinta Penerbit Asrifa, Deal with the Distance
penerbit Diva Press. Saat sedang semangat-semangatnya menulis, aku
dihadapkan masalah jodoh dan setelah itu menikah. Di tahun ini, aku jarang
sekali ikut acara FLP karena jadwal kerjaku yang padat. Tapi aku masih
suka baca dan menulis di sela-sela kesibukan kerja.
Tahun 2013,
Mbak Henny mengundang aku untuk hadir pada
acara FLP Lamongan. Yaitu diskusi tentang sastra dengan pemateri Pak
Helmy Tanjung. Dari sanalah aku mengenal teman-teman FLP Lamongan,
ada mbak Henny, Mbak Triana, Pak Husnaini, mas Akim dan
lainnya. Pertama berkenalan aku agak malu karena Mbak Henny pakaiannya
syar’i sekali sedangkan aku waktu itu pakai seragam kantor berbalut celana
jeans meski berkerudung. Sejak hari itu aku merasa menemukan keluarga
sekaligus semangat baru.
Banyak
kegiatan FLP Lamongan yang aku ikuti, salah satunya bedah buku karya
Rifa'i Rifan. Karena dari kecil suka baca dan menulis puisi, aku
sangat nyaman dan senang sekali bisa kenalan dengan teman-teman FLP.
Berbagai lomba menulis aku ikuti dan akhir 2013, ada 3 cerpenku yang
lolos lomba dan diterbitkan dalam antologi dengan penulis lainnya.
Antologi
Letter diterbitkan Harffey,
Antologi Loveable and Replaceable
diterbitkan Diva Press serta harmonika Desember oleh Mutiara Sembilan
Publishing. Sungguh saat itu semangat menulisku sedang menyala. Dan akhir
2013 pun FLP Lamongan mengadakan acara lomba bertema Ibu. Diberi amanah
bantu di acara tersebut aku senangnya bukan main.
FLP Lamongan dan bunda Helvy Tiana Rosa |
Tahun 2012,
Bapak
meninggal dunia dan aku harus kembali ke kampung halaman untuk seterusnya. Saat
itu kuliahku sudah selesai dan hanya menunggu wisuda. Dapat pekerjaan di
Lamongan pada stasiun TV lokal Lamongan sebagai keuangan. Karena sudah menetap
di Lamongan, aku memutuskan untuk bergabung di FLP.
Tahun 2011-2012
Tahun
ini, aku kuliah di Surabaya dengan jurusan Secretary
and Public Relation. Awalnya
hidupku aman-aman saja hingga sebuah peristiwa menimpa keluargaku. Ayah,
kena stroke dan istirahat total di rumah. Mau tidak mau, aku
harus bekerja untuk bayar kuliah yang masih semester awal. Pagi kerja dan malam
kuliah. Setelah meninggalkan berkas lamaran ke sana kemari, aku akhirnya
dapat pekerjaan di kantor desain. Bekerja di sana banyak sekali deadline yang harus diselesaikan. Sore
itu ketika pekerjaanku selesai, aku bermain internet dan tiba-tiba ingin
sekali belajar menulis karena aku hanya sebatas menulis saja. Teringat
FLP Lamongan. Aku searching di
internet dengan kata kunci FLP Lamongan dan aku menemukan nomor handphone salah
satu anggota FLP Lamongan yaitu Henny. Aku simpan nomornya dan mencoba
menghubunginya. Akhirnya aku sering ngobrol sama mbak Henny terkait
kegiatan FLP di Lamongan meski aku belum pernah bertemu langsung. Tapi
sayangnya setiap acara, aku pasti tidak bisa hadir karena kerja dan
kuliah.
Tahun 2009,
Saat
SMA, entah darimana keajaiban itu ada. Aku baca sebuah informasi yang
tertera di mading sekolah tentang lomba cerpen bertema islami. Lomba
tersebut diadakan oleh FLP cabang Lamongan. Karena tergiur hadiah lombanya,
aku akhirnya ikutan dan berharap dapat juara satu. Saat itu hadiah
lombanya berupa uang, pikirku lumayan kalau menang bisa buat bayar
sekolah. Tapi bukan hanya hadiah aku ikutan, karena pada acara
pengumuman hadiah sekaligus acara Milad FLP Lamongan ke-2 akan dihadiri oleh
Afifah Afra. Setelah hari yang diumumkan tiba, ternyata Dewi
Fortuna belum berpihak padaku. Awalnya aku sangat kecewa tapi seketika
itu aku teringat saat SMP aku pernah berdoa agar bisa bertemu langsung dengan mbak
Afifah Afra, rasa kecewa itu berubah menjadi syukur. Doa lima tahun yang
lalu telah dikabulkan. Semenjak itu, aku rajin untuk belajar dan menulis.
Sertifikat lomba |
Tahun 2008
Seseorang
teman memberikanku sebuah novel berjudul Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El
Shirazy, sebuah novel tentang sosok Fahri. Karena kebiasaan baca novel hingga
ke halaman profil penulis, aku menemukan sebuah kalimat Forum Lingkar Pena.
Dalam profilnya, Habbiburrahman menyebutkan bahwa beliau sempat memprakarsai
Forum Lingkar Pena (FLP). Dan aku hanya membaca tanpa tahu FLP itu apa.
Novel pemberian teman |
Tahun 2004
Siang
itu ketika mataku menjelajah judul demi judul buku yang tertata di rak
perpustakaan sekolah, mataku menangkap buku trilogi dengan judul Cinta
Ilalang, Tarian Ilalang dan Tersentuh Ilalang. Hatiku tergerak untuk pinjam
ketiga buku tersebut. Biasanya aku selalu memburu novel Mira W atau RL
Stine tapi entah mengapa hari itu aku tertarik dengan novel trilogi karya
seorang perempuan cantik Afifah Afra. Setelah pulang sekolah, aku
baca salah satu novel tersebut dan tanpa sengaja sebuah doa keluar dari
bibirku, "Kira-kira seperti
apa wajah mbak Afifah Afra? Aku ingin sekali bertemu dengannya."
****
Dari
tahun 2004 hingga 2018, apakah semua hanya semata kebetulan? Aku rasa tidak.
Allah telah mengaturnya bagaimana aku bisa berkenalan dengan FLP. Allah
memberikan rencana yang indah yang tidak pernah aku duga.
Met
Milad FLP yang ke-21,
Semoga
semakin berbakti pada dunia, melahirkan penulis-penulis dengan sejuta karya
yang bermanfaat dan selalu berarti di hati setiap orang.
Lamongan,
Februari 2018
#kisahinspiratifFLP
Post a Comment